Dengan perohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Ki Gede dan Nyi Seno, saya coba buat gandok untuk menampung karya Ki Agus yang mencoba “melanjutkan” cerita ADBM yang berakhir secara menggantung.
Karya ini khusus untuk kalangan sendiri, para sanak kadang ADBM yang kehausan lanjutan ADBM.
Selain itu, juga untuk mengurangi beban gandok ADBM-96 yang sudah terlalu panang sehingga agak kesulitan untuk loading dan scrolling ke atas dan ke bawah.
nuwun sewu, badhe nderek mampir….
setelah sekian lama ndak mampir….akhirnya kangen juga…
satu kejutan ketika ternyata ada “bukan ADBM”. Salut buat Ki Agus, satu karya yang harus diapresiasi…saya sudah baca sampai tulisan terakhir, walau saya merasa ada perbedaan gaya bahasa (justru yg menjadi gaya bahasa khas Ki SHM), tapi bagus sekali…
Karena penasaran dengan lanjutan ceritannya…saya coba buka di matarambinangkit.com, ternyata harus bayar ya…..nglokro jadinya…
memang segala jerih payah sdh seharusnya dihargai, entah itu berupa materi atau yg lain.
jika memang pada akhirnya harus dikomersialkan, memang sudah seharusnya Ki gus harus mendapat ijin dari keluarga Ki SHM (ini menurut saya lho, mohon maaf yg sebesar-besarnya jk salah), sebab dalam tulisan Ki Agus ada mengandung properti milik Ki SHM.
Setuju kisanak,hak cipta ADBM sampai saat ini memang belum beralih ke tangan orang lain, sehingga secara hukum segala sesuatu yang berkaitan dengan lanjutan ceritera ADBM (mekipun menggunakan judul lainnya akan tetapi nama tokoh dan karakternya tidak bisa dipungkiri kalau itu merupakan kelanjutan dari ADBM)dalam bentuk cetakan yang diperjual-belikan tidak boleh sembarangan.
Mohon maaf ki Agus, kami disini hanya sekedar mengingatkan tanpa mengurangi rasa hormat kami atas usaha ki Agus dalam melanjutkan ceritera ADBM. Apalagi seingat saya dulu di koran Kedaulatan Rakyat dalam wawancaranya Ki SH Mintardjo kalau gak salah pernah mengatakan kalau secara garis besar ceritera ADBM sudah diberikan ke penerusnya (keluarga) sehingga kalau sewaktu-waktu beliyau meninggal maka ada yang akan melanjutkan ceritera tersebut.
Tidak ada lagikah cantrik yg dapat melanjutkan adbm di blok BUKAN ADBM, yg dapat dinikmati secara gratis ?
Saya pekan lalu bertandang ke rumah Ki Agus untuk bertatap muka dengan Ki Agus S. Soerono dan hendak membeli Mataram Binangkit jilid 1.
Saya terperangah, karena di depan rumahnya tertulis Kata-kata: Rumah ini dijual Hub. 021 93 3636 72. Menurut ceritanya, ternyata Ki Agus sedang dalam kesulitan keuangan karena harus menguliahkan anak sulungnya di fakultas kedokteran sebuah PTS. Sekarang anak kedua juga hendak kuliah di fakultas kedokteran. Aset tanah kosong dan mobilnya sudah melayang untuk membiayai anak pertama. Ia belum terpikir untuk mendapat uang dari mana untuk kuliah anaknya yang kedua. Belum lagi kebutuhan hidup sehari-hari. Ki Agus mempunyai empat putera yang semuanya masih sekolah. Gajinya di tempat kerja yang sekarang sama sekali tidak mencukupi untuk biaya sehari-hari. Oleh karena itu Ki Agus hanya bisa mengelus dada mendengar kata-kata pedas yang ditulis di Bukan ADBM. Menurut Ki Agus, para pembaca belum bisa menghargai karya tulisnya. Padahal zaman dulu, orang harus membeli komik karya KI SHM. Buku komik itu tidak didapat secara gratis. Memang para pendiri padepokan berhati sangatmulia dengan membuat padepokan itu secara gratis. Namun apakah Ki Agus bisa hidup apabila karyanya digratisin?
Saya sebenarnya sering masuk ke Padepokan ADBMcadangan, cuman saya sangat jarang berkomentar. Namun melihat kondisi Ki Agus yang membuat saya trenyuh, saya memberanikan diri untuk menulis surat ini. Maaf Ki Agus, saya tanpa seizin Ki Agus menulis surat ini. Semata-mata karena keprihatinan melihat keadaan Ki Agus. Semoga para cantrik dan punggawa padepokan bisa ikut berbagi dengan Ki Agus. Semacam take and give gitu lho. Kalian bilang-bilang sakaw, sakaw, sakaw, tapi tidak ada perasaan melu handarbeni. Rasa turut memiliki kepedihan yang tengah dialami oleh Ki Agus.
Sayang sungguh sayang… Kalau Ki Agus tidak bisa menyumbangkan kemampuannya di bidang tulis menulis, karena terbentur masalah ekonomi. Saya rasa Rp 30.000 sebulan tak ada artinya bagi Kisanak semua, apabila dibandingkan dengan kerinduan kita akan cerita-cerita yang dapat dihasilkannya.
Maaf kalau kata-kata saya terlalu pedas. Bukan maksud saya membela Ki Agus. Tapi benar2 dari rasa keprihatin yang mendalam.
Salam,
Raden Panji Klantung
Ruddy Wijanarko
Untuk melestarikan keberlanjutan SDBM karya Pak Agus saya kira iuran Rp 50rb perterbitan disini sangat bagus sebagaimana yang sudah dilakukan oleh almarhum Mbah Man Sidoarjo Surabaya
Wah..wah ternyata ada polemik yang terjadi disini.
kalau memang ketentuannya seperti itu ya diikuti aja bagi yang mau, yang ndak mau ya gak usah ikut..gitu aja kok repot.
Salam untuk Ki AS.
Selamat tinggal sakauw…….mungkin dengan berjalannya waktu kita semua bisa melupakan rasa sakauw, dulu nggak tahu, jadi tahu dan nggak tahu lagi, kayak roda yang berputar.
njih ki
Zaman sudah berubah….. Materi atau uang menjadi kebutuhan yg tak dapat dipungkiri, sudah selayaknya kalau suatu karya dihargai dengan cukup. Bagaimana kalau Bukan ADBMnya Ki AS tak usah diterbitkan di ADBMcadangan, terbitkan saja dalam bentuk buku saja, yg mau baca beli saja bukunya. Sudah tentu itupun dgn pembagian Royalti yg pantas untuk keluarga SHM.
Sebenarnyalah setiap karya harus dihargai . Salam kenal,
Buat ki Agus , tetap semangat , Semangat sore, semangat siang dan semangat malam
Kalau mau jujur, setelah baca kelanjutan AdBM yang ditulis Ki Agus, nampaknya koq tidak bisa mengikuti jiwa AdBM-nya Bp. SHM. Banyak hal-hal yang menjadi terasa aneh. Mulai dari alur cerita, karakter tokoh, gaya bahasa, dsb tidak nyambung dengan karya SHM.
Sehingga saran saya, sebaiknya koq nggak usah dilanjutkan saja, daripada merusak image tokoh-tokoh AdBM.
Kalau dicermati AdBM karya SHM sarat dengan ajaran cinta kasih baik pada Tuhan, maupun pada segala ciptaannya (lingkungan hidup dan sesama manusia). Jadi daripada merusak kesan terhadap AdBM-nya SHM. sebaiknya jangan dilanjutkan.
Maaf kalau komentar saya nggak enak,
Kelanjutan ceritera yang dibuat oleh bukan penulis aslinya sangat dimungkinkan akan terjadi perbedaan dari segi alur ceritera, gaya bahasa ataupun karakter tokohnya. Biarlah para pembaca ADBM berimajinasi sendiri terhadap kelanjutan ceriteranya.
Namun demikian usaha Ki Agus untuk melanjutkan ceritera ADBM yang menggunakan istilah Bukan ADBM sangat patut untuk dihargai. Namun demikian jika kelanjutan ceritera tersebut dimaksudkan untuk “dijual” kepada masyarakat maka harus selalu berkoordinasi dengan pihak keluarga bapak SH Mintardja (alm) terutama mengenai alur ceriteranya agar tidak menyimpang dari alur ceritera yang “dikehendaki” oleh penulis aslinya dan juga mengenai perkembangan karakter tokoh-tokoh utamanya (dan juga sudah pasti berkaitan dengan royalty nantinya).
Selamat berkarya buat Ki Agus atau Ki Agus-Ki Agus lainnya yang bermaksud melanjutkan ceritera ADBM dengan versinya masing-masing.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.
lhokan judulnya lain”mataram binangkit” jadi mengapa harus minta izin dan mengapa harus dicerca,terus saja mas agus,
Walah sdh lama gak nengok padepokan….
lha kok sepi banget….apakah ini gara2 Ki AS menerapkan pola bayar bagi yg ingin baca lanjutan ADBM ??
Pesan silaturahminya hilang gara2 duit…..ternyata antara harapan dan kenyataan gak pernah beriringan.
Sebenarnya yang bisa bikin rame lagi adalah Ki AS mengirimkan ceritanya lagi ke forum ini dan secara gratis dan ikhlas…mungkin balasannya bukan materi tapi non materi yang mungkin nilainya amat sangat tinggi.
Salam hangat selalu
–Rangga yg gak sakti—
selamat sore rekan2, saya telah ikut ketentuan yang dibuat oleh ki agus, tetapi saya mengalami kesulitan untuk membuka lanjutan adbm dan mataram binangkit, apakah saya masuk bulan ini hanya bisa baca yang bulan ini saja jadi terbitan yang lalu-lalu saya tidak bisa baca, atau bisa semua.
saya coba email ke ki agus belum dijawab.
bagi rekan2 yang telah memahami cara bacanya tolong kami dikasih informasinya.
Terima kasih Ki Heri,
Kalau Ki Heri sudah mendaftar, maka Ki Heri bisa membuka semua tulisan yang ada di Mataram Binangkit.com secara lengkap.
Terima kasih atas perhatiannya.
Salam
Agus
intinya saya coba cari2 yang ki agus sampaikan belum ketemu.
ADBM memang sarat dengan pesan2 moral, saya baca buku ini dari waktu saya sekolah.walaupun sudah ada yang melanjutkan jalan cerita yang menggantung,namun rasa rasanya banyak kata kata yang kurang pas dan terkesan janggal.jadi seperti baca cerita cerita silat yang lain, memang gaya penulisan ki SHM sangat khas.salam sejahtera untuk semua… RAHAYU
Sbgai dwija dari padepokan terpencil yg rajin baca adbm sejak 1968(msh Smp kls 3)saya salut n mengapresiasi karya ki agus.yg kurang tentu ada tapi tdak akan saya ulas.namun sya tetap menikmati n ikut mendoakan agar bukan adbm ini nti bsa selesai dgn wijang,selamat berkarya ki Agus
Sebelumnya Kuucapkan Salam kepada para sederek2 sanak kadang cantrik Pedepokan ADBM,mudah2an kita Semuanya selalu dapat selalu menjaga silahturahmi dan kerukunan sesama cantrik.
Mengenai masalah Kelanjutan cerita Sang Resi Ki SHM yg memang sebenarnya masih sangat sangat kita harapkan,dan selalu kita tunggu tunggu,DAN sekarang memang sudah ada yg melanjutkan cerita ini (Ki Agus S ,,Salam buat Ki Agus S)
Sakbenere aku dhewe yo seneng banget yen iso nyimak kelanjutan kitab iki,walaupun terasa berat yen kudu mbayar,opo pancen aku pelit ora gelem mbayar… hmm…,tp pancen dasare aku ora duwe duit gawe mbayar,,(kondisi pas2an)maaf Ki agus S,mungkin benar pendapat para kadang Cantrik yang menyarankan agar Ki Agus S menjual buku ini dengan menerbitkan dalam sebuah buku,namun memang seyogyanya dengan izin dari keluarga Ki SHM,dan kalaupun Ki Sanak tidak membagikan kelanjutan kitab di Padepokan ini Juga tidak apa2,
karena memang ini kepunyaan Padepokan ADBM (Ki SHM only).
mengenai masalah Kisanak yg di ceritakan oleh Ki Branjangan diatas mudah mudahan Kisanak segera dapat mendapatkan jalan keluarnya… Amin..,
ya…mudah mudahan para cantrik dapat bersabar dalam menghadapi keaadan ini,seperti halnya Kanjeng Sultan Hadiwijaya yang pada mudanya bernama “Mas Karebet” yang dengan pasrah dalam meghadapi jatuhnya Takhta Pajang ( Raja Tanah Jawa ) untuk kemudian berpindah tangan Putra Kinasihnya Raden Sutawijaya
walaupun secara kewadagan memerangi Mataram,tetapi didalam hati merestuinya.
Mohon maaf
salam
MAAF
SAYA PENGGEMAR BERAT ADBM
UNTUK KELANJUTAN ADBM SERI V GIMANA YA
MOHON PENJELASANYA
DIMANA SAYA BISA MENDAPATKAN TERUSANYA
TERIMA KASIH
Bayar dulu ke ki Agus mas Nanang, sekarang ini gak ada yang gratis 🙂
Bener tuh. Susah cari yang gratis. So….. kemana adbmers saat ini?
semoga semakin memahami sejarah bangsa, kearifan-kearifan lokal dari sejarah dan budayanya ….
nyapu mundur dl ahhhhh biar halaman Padepokan bersih,sebelum masuk sanggar trus nanti mlm nengok pliridan……… monggo poro kadang ingkang ngersakaken unjukan,dateng pendopo sampun kasiapaken wedang sere kaliyan jenang alot……
matarambinangkit.com udah expire ya?????
Ada yang mau paste lanjutan mataram binangkit di sini kaga ya???? masalahnya matarambinangkit.com udah ga bisa diakses…. “Penasaran banget nich….”
Mohon dong kiranya lanjutan Mataram Binangkit Buku 404 ke atas dilanjutkan di sini, soalnya matarambinangkit.com udah ga bisa diakses…. terimakasih
matarambinangkit.com udah expire ya?????
Mohon dong kiranya lanjutan Mataram Binangkit Buku 404 ke atas dilanjutkan di sini, soalnya matarambinangkit.com udah ga bisa diakses…. terimakasih
Ada yg udah update mataram binangkit ga ya??? bagi dong
bagi dong update mataram binangkitnya…
matarambinangkit.com udah expire ya?????
Mohon dong kiranya lanjutan Mataram Binangkit Buku 404 ke atas dilanjutkan di sini, soalnya matarambinangkit.com udah ga bisa diakses…. terimakasih
bagi dong update mataram binangkitnya…
matur suwun sampun kesiapaken wedang sere kaliyan jenang alotipun…habis nengok jendela sebelah mataram biangkit, koq sudah ga bisa diakses ya? kemana lagi kuharus mencari kelanjutan ADBM?
Kalau adbmers beralih ke matraram binangkit, dari adbmers jadi mbers donk?
kados pundi kelanjutanipun kang mas?
wah kang asbud itu kan masih seri 402…
lanjutan 404 mana ya?,kalo bayar gmn caranya utk mendapatkan seri 404 dst… tq
iya nih… matarambinangkit.com ga bisa diakses….
udah rinduuuuuuuuu banget……………
ni blog masih ada penghuninya ndak sih
ngga ada ndul
sekedar berbagi berita saja:
di Gagak Seta ada Terusan ADBM, bisa dinikmati dgn gratis
monggo kalo mau mampir
maturnuwun kangmas.
antara ada dan tiada sedang tiarap semua para pemimpin padepokan…………………….????????????
Sugeng siang para Cantrik sedaya..
Sebelumnya mohon maaf atas woro woro ini,
dulu saya pernah ingin mencoba melanjutkan adbm yg terputus, namun karena kesibukan, ternyata Ki Agus yg telah meneruskan kisah adi luhung ini.
namun demikian, di gandhok Gagak Seta, saya di “ogrok2” oleh beberapa cantrik disana untuk meneruskan Adbm dengan versi “mbah_man”
Semoga kalau ada waktu silahkan mampir di gandhok “Terusan ADBM Gagak Seta”
matur suwun
Mbah-man
tak kiro woro-woro gandok anyar ‘terusan adbm mandarakan’
Yang peting GRATIS kalo musti mbayar sepertinya menghianati cita2 awal kita,,,
kok nggak bisa komen ya 😦
jangan-jangan
jangan terlalu cepat komennya Ki Syakuur .. nanti dikira SPAM oleh Aki Ismet 😀
rasanya bukan gitu deh, soale kemaren tu banyak keluhan wp nggak bisa komen (misalnya di cersilindonesia tu banyak keluhan) e nggak tahunya di sini juga ternyata komenku nggak masuk, nunggu ki nin 😛
lanjutan ADBM 404 mana ya ki?
bukanya di website apa ya?
lanjutannya 404 ya 405 to …
Alamat pastinya di link mana ya (Terusan ADBM Gagak Seto) ??
Mohon dibantu dong….
tks
cobi njenengan tingali wonten mriki ki nogoposo
kok di mriki nya sy kok gak bisa nemu ydm ya….
bantuin doong…
wah berarti niku alamat palsu sing digoleki mbak ayu doong…
mbah_man berusaha meneruskan ADBM dengan versi lain (selain Bukan ADBM nya Ki Agus).
sayang, baru sekitar separuh jilid beliaunya sakit sehingga harus rawat inap di rumah sakit.
semoga beliau lakas sembuh dan meneruskan tulsiannya.
silahan kunjungi disini: http://cersilindonesia.wordpress.com/terusan-adbm/2/
Ma’af mau tanya, apa masih ada cerita lanjutan dari ADBM?
Kalau mau bayar gimana caranya ya, nuwun sewu bagi dulur2 mbok ya empatinya dan nuraninya dikedepakkan, ayo kita menghargai imajinasi dan karya sastra penulis yang berusaha melanjutkan cerita epik kepahlawanan nuansa jawa tengah, apapun hasilnya kalau literasi ini sangat membantu mengenalkan adat istiadat unggah ungguh subosito masyarakat jawa mbok ya disokong, ini lebih berisi dari pada komik marvel atau DC yang dar der dor…
Salam
#bagaskoro manjer kawuryan
Mataram Binangkit
Buku 404
Oleh Agus S. Soerono
Telah terbit Ebook Mataram Binangkit Buku 404 oleh Agus S. Soerono. Jika anda berminat, silakan transfer Rp 100.000,- ke Norek BCA 288-1221-715 a/n Agus Suprihanto. Kirim bukti transfer dan sertakan alamat email ke no WA 0878-0856-1199. Kami akan segera mengirim Ebook dalam format PDF ke alamat email.
Donasi tidak berkeberatan, asal tidak menjadi komersial.
Yang lain versi mbah Man donasinya tidak ngarani.
Saya juga berlangganan yang versi mbah MAN
Kalajenganipum seri menika menapa wonten, menawi taksih saged kula panggihaken ing pundi? Mugi para kadang saged paring kabar, nuwun
Saya bisa mengkuti karya Ki Agus dimana ya, lanjutannta
Nyuwun pirsa, seri saklajengipun wonten pundi, kula kok dereng manggihaken, bok menawi ki agus rena paring sesuluh.
Kami tidak melanjutkan wedaran di sini, karena cerita selanjutnya “berbayar”.
Ngapunten.
Cukup baik, seperti pengantar kata di atas ; untuk memuaskan dahaga pembaca penggemar ADBM ( Api di bukit menoreh)
saya mencari software abbyy finereader yang pernah dibagikan, adakah cantrik yang masih ingat link nya?