Testimonial

Membaca cerita Api Di Bukit Menoreh tentu menyiratkan bermacam kesan.
Silakan tulis di bawah ini. Sepanjang apa pun 🙂
Tentang apa aja.. tentang pak SH Mintardja.. tentang pengalaman pertama baca ADBM.. tentang tokoh Agung Sedayu.. Swandaru.. Kiai Gringsing dan Sumangkar.. atopun jilid 99 dan jilid 116

Pokoknya apa aja yang berhubungan dengan ADBM dan Anda.

Silakan Kisanak.

Catatan :
sebisa mungkin jangan membuat spoiler jalan cerita.

Telah Terbit on 8 November 2008 at 11:08  Comments (240)  

The URI to TrackBack this entry is: https://adbmcadangan.wordpress.com/testimonial/trackback/

RSS feed for comments on this post.

240 KomentarTinggalkan komentar

  1. Salam kenal semua,
    Saya baru saja baca di Republika, artikel yang memuat web para pecinta karya SH Mintardja, terus terang saya sangat kaget, ternyata banyak sekali para penggemarnya (telat banget ya..). Saya sudah pesimis, kenapa ya karya-karya SH Mintardja tidak banyak terdengar dan tidak banyak penggemarnya. Kebanggaan saya sempat muncul tatkala terbit versi hard cover Nagasasra Sabuk Inten beberapa tahun yll, yang bagus sekali. Kakak saya langsung mengoleksinya (kami sekeluarga penggemar berat karya SH Mintardja). Untuk AdBM, yang saya baca adalah serial bersambungnya di Kedaulatan Rakyat (sesekali bolong-bolong) dan versi bukunya, sejak saya SD (sekitar tahun 80 an). Saya tinggal di Yogya, kebetulan nenek angkat saya (alm) pegawai KR pada saat itu, sehingga saat menginap di rumah beliau, bisa dipastikan saya dan kakak akan duduk khusuk di dekat peti dan rak yang berisi buku-buku serial karya SH Mintardja, koleksi nenek, hampir semua judul pernah saya baca, tapi sayangnya ingatan saya payah sekali, hanya judul-judul tertentu yang saya ingat betul ceritanya. Khusus AdBM juga hanya setting-setting tertentu yang saya ingat jelas (terutama masa-masa muda Agung Sedayu, di jilid-jilid awal), selebihnya agak samar-samar. Yang amat sangat jelas adalah bahwa karya sastra SH Mintardja sangat membentuk karakter.Pada saat membacanya saya bisa tertawa, bisa menangis,dan bisa sangat memahami dan membayangkan karakter tokoh-tokohnya, padahal saya masih kecil saat itu. Bagi saya cersil-cersil lain (maaf) tidak sehebat dan seberbobot buku-buku SHM, meskipun saya sampai muntah gara-gara baca KPH berjilid-jilid, tapi setelah itu kapok. Karya SHM? Tidak pernah kapok dan tidak pernah muntah (he he he, paling-paling kurang tidur). Senang rasanya para penulis testimoni ini sepertinya sebagian besar sama latar belakang, umur, dan karakternya dengan saya ( he he he, tapi yang sejenis kelamin dengan saya tidak banyak ya, atau saya yang kelru…), tapi mungkin saya tidak segigih anda semua, karena saya sekarang ibu rumah tangga yang kurang banyak waktu untuk membaca lagi karya-karya SHM versi internet. Jadi, saat ini saya memang belum membukanya. Tapi..saya saluuut dengan para penggagas dan penjaga komunitas ini. Terima kasih banyak ya…

  2. Awal saya mengetahui ADBM pertama kali kira-kira tahun 80an
    waktu itu yang rajin membeli dan membaca buku ADBM adalah ayah saya.
    Buku ADBM terbit sebulan sekali, tadinya saya tidak begitu tertarik dan memperhatikan apa sih yang selalu dibaca ayah kok kayaknya serius sekali.
    Sehabis membaca ayah meletakan diatas meja,iseng-iseng saya ambil dan perhatiin apasih isi buku ini pikir saya. Dari iseng-iseng akhirnya jadi keterusan dan menjadi kecanduan….he..he..he..kadang penasaran ADBM terbit hanya sebulan sekali itupun sangat tipis dan hanya beberapa halaman saja dan harus menunggu sebulan lagi.
    Saya baca ADBM tidak dari awal,karena saya menemukan buku tersebut sudah jilid kesekian,saya lupa jilid ke berapa,makanya saya surprise banget dengan adanya blok ini,saya dapat memuaskan keingin tahuan saya dari awal mengenai agung sedayu yang penakut sehingga menjadi sakti…..terimakasih banyak atas terbitnya blok ini dan teman-teman yang turut berpartisipasi atas kelestarian ADBM……Saluuuuuut.
    Tahun 82 saya berangkat dinas ke Irian Jaya dan ditempatkan disana selam 2 tahun, karena sudah kecantol ADBM saya coba mencarinya disana untuk memenuhi dahaga saya,namun apa mau dikata dicari kemana-mana tidak ditemukan ……buntut…buntutnya…saya minta dikirimkan dari Jakarta setiap bulan….
    Setelah kembali lagi ke Jakarta saya tetap melanjutkan membanca ADBM. Namun akhirnya terputus juga tidak sampai tuntas karena kesibukan kantor meningkat dan sering dinas keluar kota.
    Bertahun-tahun saya sudah lupa dan tidak ingat lagi ADBM.
    Dua tahun yang lalu akhirnya ADBM saya temukan lagi secara tidak sengaja dari teman sekantor.
    Ceritanya begini,diwaktu senggang saya perhatikan teman saya tersebut serius banget memlototin komputer, saya pikir dia mengerjakan pekerjaan apa gitu eh … gak tahunya baca komik….saya tanya kamu membaca apa? Jawabnya ini nih ADBM?…..apa tuh ADBM?
    ADBM = Api Di Bukit Menoreh…..lho….saya kaget ….wah…wah….saya dulu pernah tuh baca ADBM dari buku saya bilang, kamu dapat dari mana? ini download dari internet katanya, boleh dong saya copy …kata saya…..boleh….boleh katanya,kalau mau nih ada situsnya yang lengkap silahkan kalau mau dibaca langsung dari internet katanya.
    Nah sejak itulah saya mulai lagi membanca ADBM dari awal lagi,bahkan lebih lengkap dari sebelumnya.
    Terimakasih banyak…ya

    S selamat bergabung mas.. senang rasanya bertemu dengan teman seperguruan 🙂 .. perguruan adbm

  3. Kulo nuwun,
    Mas Rizal matur nuwun sekali panjenengan bisa membuka kembali karya2 Suargi SH Mintaredja. Disamping sangat berguna bagi generasi muda sekarang juga berguna bagi kita2 ini yang sudah memasuki usia senja, walaupun cukup untuk bernostalgia di waktu muda. Namun karakter tokoh Agung Sedayu sedikit banyak memberi pelajaran bagi semua khususnya kita wong jowo. Sekali lagi matur nembah nuwun Mas Rizal. Saya sebagai orang keturunan dari Menoreh jadi tambah bangga kalean panjenengan.

    Sigit

  4. Saya mulai membaca karya SH. Mintaredja yang berjudul Sabukinten dan Nagasasra, kemudian dilanjutkan dengan ADBM, tapi ketika setengah jalan, ADBM mulai terbit sebulan sekali sampai akhirnya saya tidak mengikuti lagi karena sulit diperoleh. kalo ada diantara teman-teman penggemar karya SH. Mintaredja yang bisa memberi informasi dimana saya bisa dapat dari internet utk judul ADBM atau yg lainnya, mohon saya diberitahu terima kasih

    • Pak Dhe Wisny, bukannya di sini adalah tempatnya padepokan ADBM? kan kitab-kitabnya tinggal dicari saja di gandok-gandok yang tersedia. Nuwun.

    • untuk kitab-kitab lainnya, mangga diklik di tautan pelangi di langit singosari atau http://pelangisingosari.wordpress.com

  5. Salam kenal,
    Mohon Bantuan untuk informasi,
    Apakah masih mempunyai kumpulan ADBM III Jilid 101 s/d terakhir

    Bagaimana saya bisa mendapatkan selain down load
    Saya memerlukan unruk koleksi.
    berapa harganya termasuk ongkos kirim
    Terima Kasih atas Informasinya

    Musraynto A

  6. Api Di Bukit Menoreh, Cersil Jawa nan bagus, walaupun fiksi, namun Mpu Mintaharja sangat apik menuturkannya, kisah dan kejadian2 nya ditutur sewajarnya, berurutan dan kita terlena tak mau berhenti apabila sudah melanjutkan bacaan. Bukan tokohnya nya nan hebat, tapi pengarangnya nan Pintar. Apa yang disampaikan dirinci secara mendetail.
    Perlu dibaca oleh generasi muda, agar bijaksana dan sabar dalam pergaulan bermasyarakat. hidup ki Tanu Metir

  7. Assalamualaikum Wr. Wb.
    Numpang tulis kesan-kesannya..
    Api di bukit menoreh saya mulai membacanya dari koleksi tante saya, yang ditumpuk digudang belakang sebanyak berkarung-karung. Sayangnya karena gudangnya tak terawat maka makan rayap sehingga tidak bisa dibaca lagi.
    Api di bukit menoreh cerita santun yang menceritakan kehidupan rakyat jawa jaman dahulu. Selain dari cerita silat yang seru..
    Agung Sedayu yang sakti mandraguna tetapi rendah hati (bahkan kadang rendah diri).
    Kenapa saya lebih tertarik lagi karena cerita dari orang tua saya bahwa ilmu-ilmu yang ditulis di dalam buku ini tidak seluruhnya fiksi, seperti ilmu kembar kakang kawah adi ari-ari yang membuat wadag seseorang menjadi berganda diceritakan orang tua saya bahwa raja jogja almarhum Hamengku Buwono IX pernah dilarang ibunya agar tidak berperang melawan belanda, tetapi beliau membelah diri menjadi 9 dan menyuruh ibunya memilih satu agar untuk tetap dirumah sedang sisanya pergi berperang. Cerita-cerita misterius bahwa ada teman seperjuangan eyang saya almarhum (eyang saya seorang TNI) di jaman belanda tak pernah tertembak tetapi peluru nya sering nyasar ke orang disebelahnya (ilmu lembu sekilan). juga cerita-cerita mengenai bom belanda yan tak pernah meledak jika dijatuh kan di dalam keraton..
    Hal-hal diatas walau diluar nalar tapi dekat dengan kehidupan orang jawa masa lalu, walau saya sendiri tidak mencari tahu atau menekuni ilmu-ilmu kanuragan di atas.
    Satu lagi cerita silat yang lebih pendek dari ADBM adalah Nagasasra & Sabuk inten.

    Terimakasih untuk pihak-pihak yang menghadirkan cerita ADBM ini dan semoga yang baru berkenalan dengan ADBM dapat dengan senang hati membacanya dan merasakan perasaan “ndjawani” yang saya dapatkan kalau membaca cerita ini.

  8. Keluarga saya suka komik dan cerita silat. karya2 Yan Mintaraga, Ganes TH, Djair, Teguh, Hans, Kho ping hoo, Kulung, Gan KL, dll, semuanya sudah dibaca, dari beli sampe sewa. jadi kalo ditanya lengkap gak koleksinya ya ancur-ancuran dah.
    Khusus Karya SHM Saya mulai baca karyanya sejak kelas 2 SMP tahun 1975. yang bikin penasaran ya Api Dibukit Menoreh ini. Terutama episode Jalan Simpang, saya ngebayangin endingnya gimana persaingan antara agung sedayu dengan Swandaru.
    Pokoknya ADBM emang top dan bikin penasaran … saking penasarannya sampe napak tilas ke daerah2 yang dilalui agung sedayu…
    Salut buat SHM … ada lagi gak yaa bisa bikin cerita kaya gini

  9. bukan keong racun

    • Bukaaan !

  10. saya tahu ADBM waktu masih SD, bapak suka bawa pulang dalam versi buku, so bapak selesai membaca saya sempet-sempetin baca walau blm bgitu tertarik karena ngk ada gambarnya yang banyak (maklum anak kecil senengnya komik superman, batman dll) eh ngk tahu gmn kok sy rindu sm buku2 itu dicari2 dirumah bapak dh ngk ada mgk ada yg ambil or pinjam ngk dibalikin maklum banyak dan berseri

  11. BELAJAR JAWA DARI ADBM

    Berawal dari penasaran, apa sih yang bagus dari tulisan-tulisannya pak Mintardja, kok sampai di buat kethoprak, film, sinetron, bahkan banyak orang percaya bahwa tokoh-tokohnya benar-benar ada. Mulailah jilid-jilid adbm pertama saya baca, dan nyatalah terbukti saya tidak berbeda dengan orang lain: kecanduan adbm.

    Tapi lambat laun ada yang beda. Alur cerita menjadi tidak begitu penting lagi bagi saya. Yang saya tunggu-tunggu justru gambaran tata kehidupan masa itu. Bagaimana sebuah rumah jawa punya regol, pendapa, pringgitan, gandhok, etc. Wuih bandingkan dengan rumah sekarang yang RSSSS…. Atau tentang pagar tembok padukuhan, regol padukuhan, gardu parondan, alun-alun. Lha kok seperti cluster perumahan zaman sekarang to, ada temboknya, ada portalnya, ada pos satpamnya, ada taman fasos-fasum-nya. Atau makanan dan minuman yang tidak pernah saya dengar sebelumnya: air sere dengan gula kelapa, sega megana, urip-urip, kendo udang, pondoh beras. Atau tentang pliridan untuk menangkap ikan yang sampai sekarang tidak kebayang bentuknya. Atau tentang harimau jawa yang tampaknya masih banyak kala itu, wah cepat banget punahnya ya. Sayang tidak diceritakan tentang gajah jawa yang juga punah, namun konon justru keturunannya berkembang di borneo karena diimpor sultan sulu (1750). Hingga ke hal-hal yang terkait dengan value orang jawa. Tampaknya berbohong atau tidak menyampaikan yang sebenarnya adalah hal yang lumrah, yang dijunjung tinggi adalah sikap pengendalian diri. Bagi orang jawa kelihatannya harmoni ditempatkan jauh di atas kejujuran.

    Terus terang, bagi saya yang merasa sudah mulai tercerabut dari akar budaya jawa, keberadaan ADBM serasa diri yang menemukan jalan pulang. Ibarat ikan salmon yang kembali ke kejernihan mata air pegunungan tempatnya dilahirkan dahulu, atau laron yang menemukan cahaya lampu setelah sekian lama hidup dalam kegelapan di bawah tanah. Benar kata Pak mintardja, “Cerita yang dicari di bumi sendiri”.

    Kalaupun boleh mengkritik, barangkali cuma beberapa point saja.
    1. kelapa sawit yang dipakai latihan agung sedayu dan ki widura, ternyata baru diperkenalkan di Indonesia tahun 1848 di kebun raya bogor, dan baru dicoba komersialisasinya tahun 1911 padahal era pajang adalah 1568-1586. Wah lompat 300-an tahun nih. Demikian juga ubi kayu yang ditanam kyai gringsing. Walaupun sudah dibawa oleh portugis ke maluku pada abad 16, tetapi baru mulai meluas sekitar tahun 1811. mungkin lebih baik kyai gringsing menanam uwi, gembili, atau suweg sekalian. Saya juga curiga dengan sambel goreng lombok yang disajikan untuk pasukan untara, karena cabainya bawaan portugis dari Chili. Masih untung tidak ada kubis, wortel, kentang, seledri, apalagi asparagus. Masih untung juga ki gede menoreh tidak minum kopi atau teh, apalagi coklat susu, sambil merokok tembakau lintingan.
    2. Saya ragu kalau saat itu telah banyak kedai makanan dan penginapan serta transaksi dengan mata uang telah lazim dikalangan rakyat jelata. Memang benar koin emas telah dikenal, tetapi itu dihargai karena berat emasnya, dan mungkin hanya bagi kalangan orang kaya atau kraton. Pertimbangkan fakta bahwa upeti kala itu diujudkan dengan hasil bumi. mengapa tidak dibayar dengan uang saja, tidak perlu beberapa pedati untuk membawanya. Juga mengapa belanda susah-susah menerapkan tanam paksa (bayar pajak dengan hasil bumi)kalau bisa memungut pajak berupa uang.

    But at all, terima kasih ADBM, terima kasih Pak Mintardja, terima kasih Ki DD, terima ksih para senior dan sesepuh adbmcadangan, dan terima kasih semua. Panjenengan semua membuat saya semakin JAWA.

    salam

    lole lelalelo

  12. mungkin cerita ADBM merupakan cerita yg selalu terpatri dalam ingatan saya, karena saya mulai membacanya ketika saya masih duduk dibangku SMP ketika saya tinggal dengan Om waktu itu tahun 1969, dan akhirnya terus berlanjut sampai saya sudah bekerja dan berumah tangga, banyak yg dipetik dari masing2 karakter, mulai Swandaru Geni, Agung Sedayu, Kiai Gringsing dan ADBM pernah di filmkan tapi tidak tuntas karena memang cuma diambil dari bbrp jilid dari ADBM saja, sayang Pak SH Mintardja cepat meninggalkan kita

  13. Gimana ya cara bacanya?

  14. Saya baru mulai baca ADBM pada pertengahan 2011 (mmg agak terlambat) ,sampai sekarang sudah jilid ke IV-77 ,masih penasaran…sampai gak sabaran nunggu terbitnya buku2 berikutnya..kira2 ada gak bukunya yg sudah sampai tuntas..tas ,tolong bagi saudara2 yang punya copy filenya..kirim ya..! ,maturnuwun..salam

  15. Testimonial ” api di bukit menoreh…

    […]Terimakasih Ki Rizal, Ki GD, Ki Sukra, Ki Kasdoellah, Ki Herry Warsono dan yang tidak … main dan menginap di rumah nenek saya, karena kebetulan memang satu …[…]…

  16. Testimonial ” api di bukit menoreh…

    […]Yah paling ikutan guneman para cantrik.. Thanks KI GD dan team. … terkadang cerita jadi lambat, tapi yah itulah mungkin cara orang jawa bercerita. …[…]…

  17. Saya mulai membaca ADBM kira th 1976 ( klas 2 SMA ) waktu itu Ibu saya yg suka baca serialnya dan terus berlanjut sampe sekitar th 1985, dengan sabar saya mengumpulkan bukunya sebulan sekali ( karena kalo ngga salah tiap bulan terbit satu jild ). Dari semua tokoh yg ada di ADBM, tokoh Agung Sedayu merupakan yg paling pavorit selain juga tentunya Kyai Gringsing. Diawal -awal serial senantiasa mendambakan agar Agung sedayu bisa berjodoh dengan Pandan Wangi, karena dimata saya keduanya akan bisa menjadi pasangan yg serasi. Tapi apa daya sang resi/ empu SH Mintarja lebih suka menjodohkannya dengan Sekar Mirah. Saking gandrungnya akan tokoh Agung Sedayu, sampe2 berniat suatu saat bila punya anak laki-laki akan saya beri nama seperti nama tokoh idola saya tersebut. Dan Alhamdulillah setelah anak pertama saya lahir th 86 (perempuan) dan 1992 (perempuan lagi), pada th 1997 lahir anak ke 3 saya laki2 dan sesuai janji saya terdahulu anak ke 3 saya tersebut saya beri nama (bukan Agung) tapi Ageng (Wiekamaputra) Sedayu, nama dalam kurung adalah perpaduan nama saya & isteri. Kenapa tidak Agung (U) tapi Ageng (e), karena kalo Agung sepertinya terlalu besar & berat bebanya ( abot sanggane/ Jawa) … dan dengan pengertian dan pendalaman dari mempelajari & mengikuti perjalanan hidup sanga tokoh Agung Sedayu, sayapun mencoba mencari dan mengartikan sendiri arti nama tersebut yaitu : Agung/ Ageng berarti besar/ luhur, sedang Sedayu saya artikan dengan : yang penyabar dan berbudi, sehingga arti dari nama Agung/ Ageng Sedayu bermakna : Yang penyabar dan berbudi luhur ( Insya Allah nantinya anak laki2 saya tersebut akan bersifat demikian ) walo sampe saat ini usia 14 th baru keliatan sifat : berbudi luhurnya, sedang penyabarnya masih jauh, mudah2an semakin dewasa nantinya do’a dan harapan saya terkabul amin.
    Selanjutnya kira-kira seminggu yll, iseng2 saya coba nyari2 di Google (siapa tau Serial ADBM ada) dan Alhamdulillah ternyata saya temukan. Kemudian setelah mencoba mengingat-ingat akhirnya saya mulai lagi mengikuti serial tersebut dari mulai jilid 201 & mudah2 an bisa berlanjut seterusnya.
    Terima kasih … matur nuwun kepada semua pihak yg mengahadirkan kembali serial ADBM.

  18. Saya kenal ADBM waktu MI.. setingkat SD kelasnya … lupa..sekitar tahun 1984 s.d 1986.. waktu itu Bapak giliran beli dengan beberapa tetangga dan saling meminjam waktu ndak gilirannya.. ketika diletakkan di meja iseng2 saya baca.. langsung jatuh cinta sama agung Sedayu.. setelah itu rebutan sama Bapak.. waktu itu sudah Jilid II … dan setiap hari sejak itu.. aku bongkar gudang buku yang untuk mencari seri2 sebelumnya… banyak yang lengket halamannya karena gudang kami sering kebocoran… atau dikrikiti kutu busuk sehingga baunya pun luar biasa…
    Terima kasih pada adik-ku yang mengirim blog ini di Ultah-ku Th 2011 kemarin…. sipp .. luar biasa kerja keras para “Kru Blog ADBM .. salutttt….

  19. ketika indosiar mau memfilmkan ADBM saya senang, tapi sampai saat ini kok nggak ada beritanya ya..katanya sepeninggal almarhum cerita ini dilanjutkan oleh putrannya..mulai dari jilid berapa ya…
    ..

  20. saya suka bolak-balik ke adbmcadangan karena di kawasan tersebut ada ki mbleh, ki kartu, ki ndul dan ki mangku, mereka tu ilmunya menggetarkan wordpress loh 😉

    • Kecap-kecap .

      • 😆

        • Kangen ki karto, ki bukan, ki ndul, ki mangku, mungkin kalau kami berlima ngumpul bisa ngajak gojegan si ma’onah dan dengan ajian yg kami gabungkan bisa mencegah biar gak semangkin ndodro mlibar mliber seantero jagad.
          Harak inggih mekaten to para menggung……?

          • saur ki mbleh

          • Njihh Ki…..harak njih sugeng sami wilujeng tho Ki..? 🙂

  21. Api di Bukit Menoreh adalah karya sastra yang pertama kali mengisi kanak-kanak saya. Bapak yang membelinya. setiap kali datang, kami baca bergiliran. Bapak dulu sampai selesai baru kami anak-anak bergantian. Entah karena kami sekeluarga lahir di Magelang dan kebetulan disana ada Bukit Menoreh, saya merasa ada keterkaitan ruh dengan kisah-kisah di dalamnya, sehingga dengan mudahnya saya kanak-kanak mencerna dan mengkaitkannya dengan alam sadar saya. Alhasil, sekarang saya menempatkan tauladan dari Agung Sedayu dan keluarga sedikit banyak dalam hidup berkeluarga kecil kami. Bukan pada latih tanding dan olah kanuragan, tapi pada keberanian untuk menjalani hidup…terima kasih Bapak SH Mintardja

    • Trims mas Fery saya juga penggemar berat dari karya Kyai S.H.M. tetapi sayangnya sekarang tidak ada lagi pengarang yang sekaliber S.H.M. , tetapi semoga dimasa mendatang ada yang dapat menggantikannya .

  22. Salam kenal,

    Setahun lebih saya tidak melangkah di dunia maya. Mulai masuk ke blog saya yang lama yang setahun LEBIH tidak saya up date, tahu-tahu blog saya tsb sudah dimiliki orang lain karerna saya terlambat membayar perpanjangan langganan. kegiatan tulis di dunia maya saya hentikan. Iseng-iseng buka blog yang posting serial API DI BUKIT MENOREH. (ADBM)
    Kembali saya terusik ingin kembali membaca cerbung karya SH Mintardjo. Pertama saya baca seri 340-an mengenai Glagah Putih dengan Rara Wulan yang akhirnya menikah dan mengembara berdua mengejar tongkat baja. sampai seri 348 terhenti karena mau buka seri 349 dst di blog ini sata belum pernah berhasil. Bagaimana caranya?
    Saya membaca APDM ini sejak seri pertama terbit yang dimuat di koran Kedaulatan Rakyat mulai hari pertama (ingat saya sekitar th 1968) Pertengahan 1969 saya keluar dari Yogya meninggalkan kampus untuk menjalani tugas BIMAS SSBM sekarang semacam KKN) saya ditugaskan di kecamatan Ngemplak Boyolali, ditempatkan/kost di kelurahan Dibal. Bagusnya putera pak Lurah yangn saya tempati seorang bapak muda (3 tahun dibawah saya) juga penggemar berat ADBM. Maka setiap buku seri baru ADBM kami mesti membaca. Habis itu diskusi. Pada waktu saya kenal pertama ia baru sekitar 5 bulan menikah dengan isterinya yang nampaknya kurang senang baca.

    Maka setiap bicara ADBM diskusi kami ramai. Putera pertama lahir ingat saya perempuan. selama 6 bulan saya di sana. Kembali lagi ke kampus. melanjutkan lagi baca ADBM. baca koran KR atau pinjam persewaan buku kalau seri baru sudah terbit. Akhir 1974 saya tinggalkan Yogya selesai sekolah. Selamanya ingat saya belum pernah membeli buku adbm sekalipun. Maka setiap membaca ADBM pinjaman atau menyewa rasanya benar-benar nikmat!! Ha, ha, haaaa……
    Ketika anak saya yang kedua lahir laki-laki banyak teman dan saudara-saudara yang ADBM mania komentar :”lho Rudhito itu kan anaknya Ki Waskita.!!
    Saya ingin bertanya kepada teman-teman ADBM Mania seri yang bercerita tentang Rudhito dan Ki Waskito itu seri berapa.??? Sekarang saya rajin baca mualai seri satu dua dst. Ketika saya baca Saya baca ADBM terakhir tentang Raden Rangga sekitar th 90-an, penulis asli masih hidup Setelah membaca ldi bulan Oktober 2012 seri 340-an itu rasanya bukan gaya penulis asli SH. Mintardjo. Setting cerita memang masih sama, juga tokoh2nya masih sama. Kalau yang menulis seri-seri akhir itu bukan SH, Mintardjo (mungkin puteranya atau penulis-penulis lain karena penulis aslinya sudah almarhum), hendaknya jangan mengastanamakan ADBM karya SH. Mintardjo. Itu namanya membohongi publik! Cantumkan nama asli penulisnya dant tenu semuanya sudah sepengetahuan/seijin keluarga Alm SH, Mintardjo. Kalau pera pencinta ADBM ada yang tahu masalah ini tolong saya diberi info. TERIMA KASIH

  23. Kalau saya mengenal adbm sejak tahun 1964 atau 1965,karena bapak saya kerja di semarang ,etiap terbit buku sh mintarja selalu dibelinya termasuk nogososro sabukinten,karena terjadi peristiwa g 30 s ,maka kegiatan membeli buku untuk sementara dihentikan karena kondisi keuangan,tetapi sejak tahun 2010 saya menemukan blog ini ,wah syukur alhamdullillah bahwa saya masih bisa membaca kelanjutannya,terimakasih kepada semua fihak yg telah membuat blog tsb.

  24. Menemukan blog ini serasa melemparkan saya kemasa SD dulu
    ketika pertama kali menemukan buku buku karangan Sh Mintarja
    bukan hanya ABDM tapi juga istana yang suram , mata air di bayangan bukit , panasnya bunga mekar, dan banyak lagi karangan beliau
    waktu SD saya membaca buku buku silat karangan Sh Mintarja masih secara sembunyi sembunyi, Ayah saya tiap bulan membeli secara ngeteng di terminal, kakak saya suka marah kalau melihat saya ikut membaca buku itu, pernah suatu ketika sya tertangkap basah , ketika sedang membaca (saya menyembunyikannya didalam buku pelajatan sekolah) jadi dari depan saya sepertinya sedang baca buku pelajaran, habislah saya diomelin , kalau teringat jadi ketawa sendiri.Setalah saya smp malah saya yang bertugas membeli buku Sh Mintarja tiap kali ada terbit no baru.Untuk buku ABDM saya juga tidak tuntas membacanya sampai selesai, kalau tidak salah sampai jilid 101 dan ceritanya sudah lupa sampai mana

  25. Saya menggilai ADBM setelah menuntaskan Kisah Nagasasra Sabukinten, itu saat saya kelas VI SR di Jakarta Selatan. Karena saya senang dengan sastra dan sejarah, maka sangat klop sekali membaca NSSI yang oleh bapak SHM diolah dengan sejarah keruntuhan Majapahit dan kerajaan Demak berkuasa.
    Karena saya terlanjur kesengsem dengan karya SHM dan bertepatan dengan selesainya NSSI terbit ADBM Jilid 1, yang kata orang pada saat itu adalah kelanjutan dari NSSI maka terjadilah perburuan buku ADBM mulai saat itu. Uniknya buku-buku ADBM selanjutnya dibaca secara bergiliran oleh paman-paman (adik bapak) saya, kemudian bapak saya dan terakhir saya. Perlu sahabat ketahui keluarga kami adalah asli Sangihe-Talaud di Sulawesi Utara, namun karena ayah dan adik-adiknya merantau ke Jawa sejak akhir tahun 40-an dan sangat kebetulan mereka adalah orang-orang yang mencintai budaya Indonesia, bahkan ayah saya sampai hafal tokoh-tokoh wayang kulit dan kehidupan mereka, juga susunan jejer wayang kulit dia sangat hafal sekali (wong Sangihe-Talaud loh!!!) maka tidak mengherankan apabila kami mencintai cerita ADBM. Bahkan sebelum era NSSI dan ADBM, kami juga banyak mengoleksi komik pewayangan (Ramayana, Mahabrata, Bharatayudha dan lain-lain) baik itu karya Kosasih maupun yang lain; kami juga sempat mengoleksi cerita-silat walau pun kemudian kami tinggalkan gara-gara ADBM.
    Kembali ke ADBM, begitulah sejak tahun 1967 kami menggilai cerita ini, mungkin para ADBMers pada saat itu sama seperti kami. Paman saya karena pekerjaan kemudian harus pindah rumah, yang satu pindah ke daerah Pedongkelan dekat Kelapa Gading dan yang satunya pindah ke daerah Cikini. Jadi jika ADBM terbaru terbit, maka digilirlah mbacanya, pertama paman saya di Cikini, kemudian paman saya di Pedongkelan dan terakhir ayah dan saya sekaligus menyimpan sebagai arsip.
    Serunya, setiap buku selalu menjadi bahan diskusi kami sekeluarga besar, setiap tokoh entah tokoh baik atau tokoh jahat tetap kami bahas. Pernah paman saya marah-marah pada saat membaca jilid dimana menceritakan Ki Tanu Metir mengobati (wah saya lupa mengobati siapa) … paman saya sampai marah karena 95% dari isi buku itu tentang proses pengobatan saja sampai-sampai dia bilang “SHM itu keterlaluan sekali, masak orang menunggu sekian lama dan begitu terbit hanya melulu tentang pengobatan…” hahaha … itulah reaksi spontan ADBMers yang sudah kepincut akut.
    Saat ini, ayah dan seorang paman saya sudah meninggal, sedangkan paman saya yang lain sudah terlalu tua untuk mengikuti ADBM, namun apabila kami bertemu saya selalu berusaha update kepada beliau tentang ADBM maupun tokoh-tokoh baru.
    Saat saya bercerita bahwa Kiai Gringsing menghilang entah meninggal entah moksa, paman saya dengan yakin dan sedikit emosi bilang bahwa KG tidak mungkin mati, dia pasti menyendiri dalam goa di sebuah gunung dan moksa seperti Buddha (saking nge-fansnya beliau pada KG). Anehnya sejak saat itu, paman saya seperti kehilangan gairah untuk mendengar cerita saya, paling-paling hanya mengiakan tanpa terpancing untuk berdiskusi seperti dahulu hehehe…
    Demikian sahabat, kisah ADBM begitu menarik dan unik bagi kami sekeluarga selama puluhan tahun, kisah fiksi dirangkum dengan sejarah jatuhnya kesultanan Pajang dan berdirinya kerajaan Mataram dengan gaya tulisan yang sangat mengesankan. Dampak positifnya adalah kami jadi tahu secara detail sejarah kerajaan di Jawa, silsilah raja-rajanya, tempat-tempat bersejarahnya dan lain-lain.
    Seturut dengan jaman iptek dimana komputer merupakan teknologi canggih namun mudah digunakannya, maka saya mulai mengoleksi buku-buku karangan bapak SHM, apalagi begitu banyak situs yang berdiri dan berusaha memberikan layanan arsip karya SHM dan berbagai penulis lain kepada para pembaca; maka saya yakin bahwa banyak ADBMers saat ini dengan mudah membuat perpustakaan dalam arsip komputer, tidak seperti dahulu harus menunggu terbitnya buku serial dengan penasaran (karena pernah saya alami pas hari dan tanggal terbit ADBM saya tidak bisa membeli karena tugas, sementara orang rumah tidak ada yang bisa dititipi … akhirnya saya harus mencari ke teman-teman dan minta dicopykan supaya koleksi tidak terputus)
    Akhirnya, kerinduan saya adalah bahwa satu saat cerita-cerita fiksi-sejarah bahkan sejarah asli bangsa Indonesia sejak jaman Ratu Shima bisa difilmkan agar generasi selanjutnya tahu dan mengerti sejarah Indonesia. Amerika Serikat, China dan beberapa negara lain, bisa membuat film sejarah bangsa mereka, masak Indonesia tidak bisa? Kita memiliki tokoh muda perfileman yang menguasai iptek dan modal finansial yang sangat mudah dicari pada saat ini, impian ini tidaklah mustahil.
    Semoga!

  26. saya mulai kenal n suka kisah adbm sejak sd kbtlan bapak langganan jauh sblum sya lhir. waktu liburan sd adl saat baca sepuasnya kisah perjalanan agung sedayu. meski harus bolak-balik ponorogo-Madiun, krn kleksi buku adbm disimpan d rumah eyang di Madiun. skrg bnyak sekali versi adbm yg setiap pnulisx memliki keunikan trsendiri, mski masih blum bisa menyamai yg versi asli dari. bpk SH. Mintaredja.


Tinggalkan Balasan ke Joko Brondong Batalkan balasan