Bundel ADBM jilid 201 sd 220

The URI to TrackBack this entry is: https://adbmcadangan.wordpress.com/bundel-adbm-jilid-201-sd-220/trackback/
The URI to TrackBack this entry is: https://adbmcadangan.wordpress.com/bundel-adbm-jilid-201-sd-220/trackback/
D:
absen Nyi …
Bundel 201-220 sudah muncul, cover by Ki Herry Wibowo, mantep tenan….menthelengi cover sambil mbayangin ceritanya….seru sepertinya
ADBMers,
Selama ini yang menjadi topik pembicaraan di Padepokan ADBM adalah sang Maestro, Ki SH Mintardja. Padahal ada tokoh lain yang turut mendukung sukses ADBM yaitu sang ilustrator baik kulit maupun dalemnya. Sebelum tertarik membaca isinya terkadang seseorang melihat gambar kulitnya dulu. Kemudian ketika sedang melahap isinya seseorang kadang menyempatkan diri untuk melihat ilustrasi yang ada didalamnya.
Peran Ki Herry Wibowo dan Ki Sudyono sungguh besar pada tiap terbitan ADBM. Siapakah gerangan mereka?, dan bagaimana latar belakang kehidupannya?
Kalau ada rekans yang mengetahui alangkah berterimakasihnya para ADBMers yang lain atas kebaikan hati rekans.
Oh ya pada jilid2 sekitar seratusan, pernah berganti ilustrator kulit menjadi agak beda. Untung tidak berlangsung lama, dan akhirnya kembali kepada Ki Herry Wibowo.
Untuk ilustrator dalam, ada gambar2 yang lucu menurut persepsi saya. Ki Sudyono dalam menggambarkan Raden Rangga kelihatannya hanya mengecilkan seorang dewasa. Nampaknya jadi aneh, seperti orang kate. Padahal saya ingin ngebayangin seperti apa seorang yang berusia 12 tahun memakai pakaian adat Jawa. Kalau kita lihat di resepsi2 pernikahan, kayaknya anak2 yang pakai pakaian adat jawa ya tetap terlihat anak2nya. Tapi kalau dalam ilustrasi Ki Sudyono jadi kayak anak2 yang berwajah dewasa.
Istri saya, Nini Truno, orang Cirebon. Kalo komentar tentang gambar Raden Rangga adalah “Wakcariwa”, yaitu “Awak Bocah Rai Tuwa”. Mohon maaf Ki Sudyono, bukan maksud saya merendahkan anda, …. ilustrasi anda sangat membantu mengungkapkan daya imajinasi kami disaat membaca ADBM, bagus aja kok.
Nuhun,
Ki Truno Podang
Balas
Alhamdulillah, kaveling 200-an sudah dibuka. Bukan main Ki GD beserta para punggawanya telah mbabad alas selama liburan Pi-leg rupanya.
Matur nuwun Ki GD dkk. Anda semua pancen oye, hanya Allah yang akan membalas kebaikan anda-anda.
Jazakumullah khairan katsiran.
Ki Truno Podang
Cerita ADBM ini ibarat candu…
Pembaca tidak ingin berhenti sebelum menamatkan cerita ini, meskipun pada akhirnya cerita ADBM ini terhenti, karena sang penulis telah berpulang, kembali menghadap Yang Maha Kuasa.
Semoga “candu” dari cerita ADBM ini dapat mengingatkan kita semua, para cantrik (pengunjung), akan sifat-sifat manusia yang terbatas, dan dapat mendorong kita untuk menjadi manusia yang lebih arif dan bijaksana.
Last but not least,
Terima kasih atas kerja keras dan kesungguhan para pengelola blog (padepokan), sehingga isi dari blog ini dapat dinikmati oleh jutaan pengunjung.
Klik…..Tanda hadir
hlo…………absen
EH KULAWIK
😀
hwa.. ha.haha.. haha
ngantuk nyi????
nunggu di depan regol dulu sebelum gerbang padepokan dibuka…
Ayo pindah pintu gandok sudah dibuka …..
kulo nuwun kiai, saya cantrik baru..
bingung ketika mbuka bundel 46, kok yang keluar jilid 201-220.. mohon pencerahan. maturnuwun..
Monggo
Hebat gih Nyi Seno. Ingkang paling gumun gih niku. bundel tahun 1966 kok nggih taksih kopen. ck..ck..ck
kula cantrik enggal
badhe nderek absen nggih..
kepareng matur, kula kepingin nderek gugur gunung mbangun padepokan ADBM.. Punapa sampun telat?
caranipun dos pundi
Kula manggen ing tlatah Salatiga..
Nuwun
nderek ngangsu kawruh Ki Gede..