Buku III-97
The URI to TrackBack this entry is: https://adbmcadangan.wordpress.com/buku-iii-97/trackback/
The URI to TrackBack this entry is: https://adbmcadangan.wordpress.com/buku-iii-97/trackback/
Gambar Kulit :
Herry Wibowo
Ilustrasi :
Sudyono
Penerbit :
Kedaulatan Rakyat,
Yogyakarta
Blog di WordPress.com.RSS 2.0Comments RSS 2.0 | Tema: Quentin.
suwun kitabipun dan selamat malam meinggu
ki Parto, saya rencana mau ke Denmark, nanti bisa mampir ki?
maksudnya mampir kemana Ki?
ke HH ?
kalau yan silahkan asal sebelum tgl. 17 Juli
maturnuwun gubraaakkknya nyi…
…jebul wis diwedar…meh wae aku ngulik2/
suwun nyi…wikenan mbok maringi bonus tho nyi…mangke tak kasih hadiah…
tak gendong..kemana-mana
asyik tho..enak tho…gratis tho…tinimbang naek sepur…okeh kedadean…hiks
Kula dados mbayangaken Ki Pandanalas kados mbah Surip.
He he …
hiks…
sugeng dalu Ki
sugenk ndalu ugi…
niki rodho nanggung je ki….
perange mpun munthub2,…kitabe malah mung munthub2….
mboten kok Ki.
Perang agengipun taksih dangu, meniko nembe penjajagan.
Kados wonten wayang meniko lho Ki, Jejer-perang-jejer-goro2-perang malih.
wah… dados spoiler.
Ngapunten Nyi, namung supados para cantrik mboten penasaran.
bengi2 turu neng bangko…..
bangkone ambruk katiban klopo..
bengi2 malah tambah sako…
nggawe ati kerontho-rontho…
matur suwun spoilere ki…namung kirang jangkep kemawon, taksih nenggo pinten episode ki.. perang Mataram vs Pati
hiks…..
sabar ki, tunggu tanggal mainnya, ingkang jelas ngantos jatah Ki Jogotirto telas taksih dereng perang.
nanging inggih wonten crita ingkang seru, kangge nenggo perang.
sampun ah, niku wonten Nyi Seno mbeto gitik, dipun athungaken kula.
Matur nuwun Nyi Seno.
Satu malam ngunduh dua kitab. Pancen ADBM oye.
kalo di jogya jati anom-sangkal putung daerah mana ????
bukit menoreh juga
di lampung , kab kalianda rasanya semua desa yang ada di kitab adbm ada semua namanya, malah desa agung sedayu pun ada!!
namnya daerah trans, ya suka2 mereka lah kasih nama
Hatur nuhun …
terima kasih Ki …. bisa untuk bacaan malam minggu.
Terima kasih atas kitabnya ….
sugeng rawuh..sugeng ndalu mbah Surip…
doc nya udah nyampe, rims
Menanti 298
Ingkang badhe ronda, monggo.., sampun jam 11.
Kula pamit rumiyin, mboten alasan lho.
Nembe wangsul dados among tamu wonten mantenan, ngagem beskap, jaritan, blangkonan, awit jam gangsal ngantos jam sanga niki wau.
Cuapek puolll, ngantuk. Nbenjang enjing, tugas nganter si wuragil MOS SMA3 Malang jam 6.00.
monggo ki…ndereaken…
mangke tak kentunke dumatheng ki WDR…
Tak tik tok tak tik.
Bangun bangun bangun, rondane saiki beda karo biyen.Malam mimgguan kopine lali ra tuku ,nganglang sik nang padukuan sebelah.Padukuhan sebelah lagi nanggap wayang, lakone Togog jadi mBilung , soale saiki okeh sing ngono …. (ra wani nglanjutke mengko ga di arani rasialis ).
Sugeng dalu para Ki sanak sedanten
Gandok 298 ndereng di buka, lewih becik tumbas kacang goreng , nggo bekal nonton wayang wonten padukuhan sebelah.
Tak tik tok tak tik tok kaping 298 kali.
Suwun
sugenk ndalu…
badhe pamit rumiyin….
mbenjang jam 06.30 kedah mruput uthuk2…
ngrencangi rencang kulo engkang badhe tindakan teng pategalan….
monggo ki pandanalas….
giliran ronda kulo niki…
terima kasih kitabnya, sampun diunduh nyi
mtr nuwun…
Matur nuwun kitabipun. nadyan kerinan sampun diunduh.
trims….
(he..he..he.. kok kaya’nya nganyelke tenan ya… sudah capek-capek ngurusin padepokan, tanggapannya cuma: “trims….”)
Maturnuhun-maturnuhun-maturnuhun,
Malem Ki,
tolong dong cerita adbm 296 dan seterusnya dTulis dLembaran coment kayak yg sebelumnya 295-294,dst setiap buku dLontar..
Biar adbmers yg baca pake hp dapat ikut mengikuti,terima kasih dan mohon maaf atas saran ini jika tdk berkenan..
Matur sembuh nuwun
n
Kamsia
Matur Nuwun……..
Absen Hadir Sekalian Ngunduh Kitab
Bagian III
Dengan jangkar serupa yang dipergunakan oleh para prajurit dari pasukan khusus, maka para prajurit mataram itu mengait ujung-ujung batang kelapa itu, dibawah perlindungan para prajurit yang ber¬senjata panah.
Prajurit Pati terlambat untuk kedua kalinya menyadari apa yang terjadi. Sejenak kemudian, maka beberapa batang pohon kelapa yang dipasang dengan tergesa-gesa menggantikan pintu butulan yang dile¬pas itu, telah ditarik oleh beberapa orang prajurit.
Usaha para prajurit Pati untuk mencegah mereka dengan se¬rangan anak panah dan lembing tidak berhasil. Selain mereka bergerak dengan cepat, serta perlindungan dari para prajurit yang bersenjata pa¬nah, maka para prajurit yang berperisaipun berusaha untuk menghalau anak panah yang meluncur dari belakang dinding perkemahan itu.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, maka beberapa batang pohon kelapa itupun telah roboh, sehingga dengan demikian, maka benteng perkemahan yang terdiri dari potongan batang pohon kelapa yang ditanam rapat dan cukup tinggi itu telah menganga. Bahkan panggung yang panjang itupun telah berguncang pula, sehingga bebe¬rapa orang prajurit yang kebetulan berada tepat pada batang-batang kelapa yang roboh itupun telah berjatuhan pula.
Dengan cepat, pasukan Mataram telah memanfaatkan kesem¬patan itu. Para prajurit yang berada disayap kiri itupun dengan cepat berusaha memasuki benteng perkemahan.
Prajurit Pati yang melihat hal itupun berusaha untuk dengan cepat membendungnya, namun para prajurit Mataram dari Pasukan Khusus yang sudah berada didalam benteng itupun telah berusaha menahan mereka.
Pertempuran menjadi semakin seru. Gelombang demi gelom¬bang pasukan Matarampun memasuki benteng yang telah berhasil di¬koyak itu. Sehingga dengan demikian, maka pertahanan pasukan Pati-pun menjadi kalut
Perang brubuh tidak dapat dihindarkan lagi. Pasukan dari kedua belah pihak telah bertempur didalam arena yang berbaur. Karena itu, maka kemampuan mereka secara pribadi menjadi sangat menentukan, apakah seseorang akan dapat dengan selamat keluar dari pergulatan yang sengit itu.
Dalam kekalutan itu, maka prajurit Pati tidak lagi mampu ber¬tahan sepenuhnya diatas panggungan yang memanjang melekat pada dinding perkemahan. Mereka tidak lagi dapat memusatkan perhatian mereka kepada para prajurit yang masih berada di luar benteng me¬reka, karena di belakang mereka pertempuran berkobar dengan sengit¬nya. Para prajurit Mataram yang sudah berhasil memasuki benteng perkemahan itu menjalar kemana-mana. Mereka berada di segala su¬dut sehingga pertempuran itupun seakan-akan telah terjadi disetiap jengkal tanah didalam perkemahan itu.
Kangjeng Adipati Pati menjadi sangat marah. Tetapi ia menya¬dari kenyataan yang dihadapinya.
Jika dalam kekalutan itu ia harus bertempur sekali lagi melawan Panembahan Senapati, maka ia akan mengalami kesulitan. Kangjeng Adipati Pati harus mengakui, bahwa ilmunya ternyata tidak lebih tinggi dari ilmu yang dimiliki oleh Panembahan Senapati. Bahkan da¬lam kesempatan yang lebih panjang, maka ia tentu akan mengalami kesulitan untuk mengimbanginya. Sementara itu, Kangjeng Adipati juga tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa diantara para prajurit Mataram terdapat orang-orang berilmu tinggi.
Sementara itu. perhatian para prajurit Pati yang terpecah telah memungkinkan beberapa orang prajurit Mataram yang berada di sayap sebelah kanan untuk memasang tangga-tangga bambu mereka,
sehingga beberapa orang telah memanjat dan menembus pertahanan pasukan Pati yang terasa menjadi semakin lemah.
Dengan demikian, maka benteng perkemahan prajurit Pati telah pecah. Pasukan Mataram lewat beberapa sisi dengan berbagai macam cara telah berhasil memasuki yang terhitung kuat itu.
Kangjeng Adipati Pragola dari Pati melihat kenyataan itu. Ia ti¬dak dapat lagi bertahan lebih lama. Gelombang demi gelombang pra¬jurit Mataram disayap kanan hampir seluruhnya memasuki benteng.
Sementara itu, induk pasukan Matarampun telah mulai memanjat tangga-tangga yang sudah dipersiapkan.
Dengan demikian, maka Kangjeng Adipati Pragola talah memberi¬kan isyarat kepada para Senapati. Dua orang penghubung telah menda¬pat perintah dari Kangjeng Adipati Pragola untuk melepaskan panah sendaren ke udara.
Sejenak kemudian, kedua panah sendaren itu meraung diudara. Satu kearah Utara dan Satu lagi ke arah Selatan.
Perintah itu tidak segera dimengerti oleh prajurit Mataram. Tetapi perintah itu bagi prajurit Pati adalah perintah yang sangat pait Se¬mula para Senapati Pati tidak merasa perlu dengan isyarat itu. Tetapi orang-orang yang terhitung tua telah menganjurkan, agar isyarat itu te¬tap merupakan bagian dari beberapa jenis isyarat sandi bagi pasukan Pati.
Dalam pada itu, beberapa orang prajurit Pati yang tanggap akan isyarat itu, segera bergerak mendekati benteng perkemahan mereka. Kemudian dengan cepat mereka bergerak. Kapak-kapak kecil dita-ngan merekapun segera memotong tali-tali mengikat beberapa potong batang pohon kelapa yang ditanam sebagai dinding perkemahan praju¬rit Pati.
Beberapa saat kemudian, maka dua buah pintu rahasia telah ter¬buka.
Kemudian sekali lagi terdengar isyarat panah sendaren memekik diudara, seperti sebelumnya, satu kearah Utara, satu lagi ke arah Se¬latan. Namun kemudian disusul pula dua anak panah dengan arah yang sama.
Bagi para prajurit Pati, perintah sandi itu jelas. Karena itu, seje¬nak kemudian, terjadi gejolak yang keras didalam lingkungan benteng perkemahan itu. Beberapa saat para prajurit Mataram tidak tahu pasti, apa yang terjadi Namun kemudian merekapun menjadi jelas, bahwa
prajurit Pati sedang berusaha untuk bergerak keluar dari dinding per¬kemahan itu.
Prajurit Mataram memang berniat untuk mencegahnya. Tetapi prajurit Pati yang masih cukup besar jumlahnya itu memang sulit un¬tuk dibendung. Mereka telah mempersempit medan sebatas pintu ra¬hasia yang telah mereka buka.
Jika prajurit Mataram masih saja mengalir bergelombang berge¬rak memasuki benteng dengan segala cara, maka prajurit Pati justru mengalir keluar benteng lewat dua pintu rahasia yang terbuka lebar.
Memang terjadi pertempuran diluar benteng yang ditinggalkan oleh prajurit Pati itu. Tetapi para prajurit Pati memiliki ketangkasan yang cukup tinggi, sehingga akhirnya mereka berhasil lepas dari ham¬batan para prajurit Mataram yang berusaha menahan dan mengejar me¬reka.
Sementara itu, Ki Padh Madaraka juga telah memerintahkan agar para prajurit Mataram tidak mengejar mereka. Tetapi Ki Patih Mada¬raka telah memerintahkan Agung Sedayu dan sekelompok Pasukan Khususnya untuk mengikuti gerak pasukan Pati.
– Jangan mendekati pasukan yang terhitung kuat itu. Amati saja mereka, apakah mereka benar-benar akan mundur sampai kesebelah Utara pegunungan Kendeng.
Agung Sedayu sadar, bahwa perintah itu adalah perintah yang berat. Perintah yang tidak cukup dijalani hanya sehari dua hari. Tetapi sekelompok Pasukan Khususnya akan menjalankan tugas itu untuk beberapa hari, hingga mereka yakin bahwa pasukan Pati benar-benar telah berada diarah belakang Pegunungan Kendeng.
Tetapi Agung Sedayu tidak mengikuti tugas itu. Tanpa bekal apa¬pun, Agung Sedayu siap berangkat meninggalkan benteng itu pula, mengikuti gerak pasukan Pati dari jarak yang cukup jauh, sehingga mereka tidak akan terjebak atau disergap oleh pasukan Pati yang kuat itu.
– Pergilah. Aku akan memberikan laporan kepada Panembahan Senapati tentang kelompok Pasukan Khususmu yang kau pimpin sen¬diri itu. —
– Baik, Ki Patih, Aku mohon restu. — Ki Patih menepuk bahu Agung Sedayu. Katanya – Aku percaya kepadamu. –
Dengan demikian, maka Agung Sedayu telah membawa sekelom¬pok prajurit dari pasukan Khusus yang terpilih untuk mengikuti gerak prajurit Pati itu. Tetapi Agung Sedayu memang telah mengambil ja¬rak yang cukup untuk menghindari kemungkinan buruk terjadi atas pasukan kecilnya.
Agung Sedayu tidak langsung mengikuti gerak lawannya pada jarak penglihatannya. Tetapi Agung Sedayu merasa cukup untuk mengikuti jejak pasukan Pati yang masih terhitung besar itu, meskipun sudah jauh surut dari pasukannya ketika berangkat
Sebagaimana diperhitungkan oleh Agung Sedayu bahwa Pati tentu mempunyai landasan yang sudah dipersiapkan untuk mengum¬pulkan prajurit-prajurit yang tercerai berai.
Agung Sedayu telah menempatkan pasukannya ditempat yang agak jauh. Ia sendiri bersama dua orang pengawalnya merayap mende¬kat untuk mengamati gerak pasukan Pati yang terdesak perkemahannya itu.
***
lanjut kitab 298
Huee…….bat….!!!
Lanjuuuut……
he he
Yaa…yaaa…lanjut terus Ki….
Maaaaturnuwuuunnn…. :))
januari 2012 saya masih melanjutkan cerita api dibukit menoreh
nampak nya harus mengulang